Tag Archives: lebaran

Hari Indah Pencerah Jiwa

Standar

Pagi yang indah 🙂

Memulai kerja dengan menyetel lagu-lagu nostalgia, lalu menyapa seorang teman dari kantor yang lama lewat YM. Membicarakan rencana bukber puasa dengannya, dan rencana jalan-jalan kemudian . . . hehe, ternyata cukup bagus untuk menaikkan good mood.

I’m feeling so happy and blessed, ALHAMDULILLAH.

Ku ingin mengajaknya jalan-jalan ke Yogya setelah Lebaran nanti, akh. Teringat akan keinginannya yang belum pernah ke Yogya. Kalau aku sudah beberapa kali, tapi sudah lama sekali. Sekarang ini lagi pengen mencari obyek-obyek menarik untuk dipotret pakai Nikon DSLR 3100 ku yang baru, hehe. Sepertinya candi Borobudur dan Prambanan merupakan obyek yang menjanjikan untuk latihan memotret 😉

Yeah, walau gak harus jauh-jauh ke Yogya juga bisa kudapat obyek yang menarik di sini, sih ?! Tapi, aku udah kepengen jalan-jalan ke luar kota lagi, nih. Secara, rencana dinas ke Surabaya & Medan batal untukku. Cuma auditor eksternal aja yang ke sana. Ada suka en dukanya, sih. Sukanya : aku bisa puasa bareng keluarga. Dukanya : belum kesampean ke Medan & belum sempat ngajak jalan si D3100 untuk memotret view dari ketinggian (baca : dari dalam pesawat), aku pengen banget punya koleksi foto awan berarak dan kelok sungai yang indah. Tak apa, mungkin nanti. Semua akan indah, jika saatnya tiba . . . bukan begitu ?

Oya, next plan . . . beli Tripod !!! Kalo bisa sih, sebelum Lebaran tiba yah. Karena Lebaran kali ini, aku sudah bilang ke Ayah untuk konvoi aja kita naik motor ke rumah Nenek di Jakpus. (NB. Selama ini, kami selalu naik mobil panjang en muat banyak penumpang. Tapi, bukan Limousine, loh. Melainkan mobil Mayasari Bakti. Beuh, preman yang minta duit terang-terangan sama yang menodongkan pisau ke pinggang, jangan ditanya deh. Biar Lebaran, mereka masih merajalela. Males banget, kan). Nah, mengendarai motor bisa lebih hemat biaya dan pulangnya bisa mampir-mampir ke tempat yang asyik. Trus, kalo ada tripod kan kami semua bisa berfoto bersama, tanpa harus gantian jadi tukang potret, hihi. Yippieee, sepertinya bakal seru.

Ada 3 motor (Beat, Scoopy, Spacy) dan 6 orang, pas kan ?!

Bawaan taruh di bagasi Honda Spacy si dedek, motor barunya, tuh. Suit suit . . . prikitiew, Sule kale ?? Asyik lah.

Honda Spacy si dedek

Btw, berhubung statusku di kantor adalah karyawan baru 4 bulan. THR ku sepertinya gak full, deh. Gak bisa traktir jalan-jalan keluargaku ke luar kota, seperti yang sudah-sudah. Kalo kupaksakan, bisa-bisa aja ngambil tabungan. Apalagi kemarin baru dapet down payment bukuku yang baru terbit. Tapi, Bokap pasti ngelarang. Mungkin di dalam kota aje, kali ye ? Sembari jagain emas Monas, pan kagak lucu kalo emasnya raib dicuri orang, misalnya. Ntar icon Jakarta apaan, dunk ? Patung Pak Tani kah ? Sepertinya gak cocok, secara di Jakarta mana ada sawah ladang ? Huufftt . . .

Yah, tujuan wisata yang standard orang ibukota ajalah. Tak lain dan tak bukan, tarraarraaa . . . TMII dan Bonbin Ragunan.

Lumayan lah, bisa latihan motret sekalian. Enjoy aja !

***

Interupsi bentar, yak . . . mother nature calling. Kudu ke toilet, nih.

Yuhuu, udah batal deh puasa hari ini. Untungnya masih tengah hari, bukan last minutes menjelang adzan Maghrib. Udah berasa gak enak emang nih perut dari hari Jum’at, tidur aja masih berasa sakitnya.

Sekitar 3 hari lalu juga udah berasa mellow jiwa ini. Pas ngendarain motor di pagi hari dalam perjalanan ke kantor, ngelewatin pangkalan ojek sepeda onthel. Tiga orang bapak-bapak paruh baya sedang menunggu penumpang dengan wajah pasrah dan tatapan mata kosong. Mungkin sedang memikirkan biaya untuk Lebaran, pikirku. Tess…tess, air mataku menggenang di pelupuk mata. Gak bisa langsung diseka, aku kan lagi fokus ngendarain motor. Biarin deh, gak usah diseka. Untungnya aku sedang mengenakan kacamata item, eh bukan, kacamata ku warna kacanya kuning ding. Kuresapi rasa sedih itu, mencoba menghayati apa yang sedang dirasakan mereka. Jika benar dugaku itu. Melayang pikiranku, beberapa waktu lalu baru saja kugelontorkan uang senilai 7 juta rupiah untuk 1 set kamera DSLR beserta aksesorinya. Lalu, pikiranku berpindah ke rekaman ketiga bapak tukang ojek tadi. Wuih, sadis ! Kontrasnya kenyataan hidup ini. Mungkin lebih sadis lagi, jika dibandingkan dengan cara orang-orang berduit menghabiskan hartanya, pikirku saat itu. Aku langsung bersyukur penuh takzim, mengingat karunia Illahi padaku. Dan aku langsung teringat, belum bersedekah beberapa bulan ini. Kuniatkan untuk mengeluarkan beberapa rupiah dari tabunganku. Besoknya, seorang ibu penyapu jalan yang kebagian rizki-Nya melalui tanganku. Semoga berkah untukku dan untuknya, amien.

Gambar : boleh nyomot lewat mbah google.